Mendung menggantung rapi di langit
ada sedempul cumbu yang lugu tertahan di sana
ada seraut wajah yang lupa melafalkan bait rindu
menengadah meminta awan menjelma sebagai sang puja
lalu gerimis tebal berwarna putih perak turun
perlahan setetes dua tetes airnya berhamburan berpelukan dengan tanah
membasahi rumput dan dedaunan yang sekarat
akupun lena dalam dekapannya
lambat laun gerimis pun tipis
langkahku tertatih-tatih mengejar sisa rindu
aku makin mengenal kesunyian yang hampir ketakutan
aku terlepas dari pelukan gerimis
saat gerimis telah usai
tangisanku pun tercabik hingga berkeping
semuanya menjadi rapuh diculik paksa tanpa jejak
menjamu detik yang masih memjadi teka-teki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar